Pemahaman Sufi
Sumber : Republika
(1)
Dalam
abad di mana institusionalisasi bergerak maju secara lambat ini,
setidaknya sama sulitnya dengan membuat masalah ini secara efektif. Bagaimana
pun seribu tahun lalu, pengembara darwis Niffari di Mesir, dalam
pengaruh-tetap klasiknya, Muwaqif ('orang-orang yang berhenti'), dengan
penuh semangat menekankan bahaya dari kesalahan wahana untuk mencapai
sasaran. Dekat dengan masalah ini adalah satu diantara
kepemimpinan atau jabatan guru. Guru Sufi adalah seorang konduktor,
pemimpin dan instruktur (pelatih)—bukan dewa. Pemujaan pribadi dilarang
dalam Sufisme. Oleh karena itu Rumi berkata, "Janganlah melihat bentuk luarku, tetapi ambil apa yang ada dalam tanganku." Dan
Jurjani berujar, "Kerendahan hatiku yang engkau sebut adalah tidak ada,
karena engkau telah terpengaruh olehnya. Hal itu ada karena alasannya
sendiri." Bagaimana pun kepribadian yang menarik bagi orang biasa
bahwa para pengganti guru-guru Sufi telah cenderung menghasilkan, lebih
baik daripada penerapan kehidupan atas prinsip-prinsip berpikir,
sistem-sistem hagiografi, ganjil dan kurang sempurna. Tema mengenai
sifat kesementaraan dari 'kepompong' ulat gemar dilupakan. Karena itu
tetap dibutuhkan suatu teladan baru. Problem selanjutnya bagi
murid yang tidak sadar akan situasi di atas merupakan eksistensi dari
apa yang telah disebut 'biografi ilustratif'. Muatan materi ini
dirancang untuk belajar, pada akibat-akibat tertentu, di dalam
perjalanan di mana banyak dongeng atau cerita isapan jempol dapat berisi
fakta-fakta yang didramatisasi. Dengan perjalanan waktu, mereka
hidup lebih lama daripada manfaat mereka, dan kemudian diambil sebagai
kebohongan atas catatan-catatan kebenaran harfiah. Di mana ahli sejarah
yang akan dengan rela melepas atau menyerahkan sumber materi seperti
itu ? Hal itu sebagai contoh, karena di dalam sebuah biografi
Maulana Jalaluddin Ar-Rumi ia menyatakan telah melewatkan atau
menghabiskan masa-masa yang panjang dalam bak mandi Turkinya, para
pencari yang memiliki kesadaran lebih tinggi dan akan dicerahkan telah
benar-benar tahu berkah dari laporan tersebut dengan arti seperti
membangun dan sering-sering mengunjungi steambath milik mereka. Mereka, sebaliknya, mempunyai milik para penirunya sendiri.
(2)
Tetapi gagasan-gagasan Sufi, diambil dari sikap tersebut, tidak pernah dimaksudkan untuk menantang manusia. Hanya
untuk memberinya atau melengkapinya dengan suatu tujuan yang lebih
tinggi, untuk mempertahankan konsepsinya bahwa mungkin ada beberapa
fungsi (manfaat) dari pikiran yang dihasilkan sebagai contoh para tokoh
besar Sufi. Yang tak dapat dielakkan adalah orang-orang yang bertabrakan
dengan gagasan ini. Hal itu karena kelaziman dari reaksi ini,
bahwa kaum Sufi mengatakan, kalau orang tidak benar-benar menginginkan
pengetahuan bahwa pernyataan-pernyataan Sufisme menjadi dapat tertanam:
mereka sesungguhnya hanya mencari kepuasan hati mereka sendiri, di dalam
sistem berpikir mereka. Tetapi Sufi menuntut dengan tegas:
"Waktu yang singkat berada di hadapan teman-teman (kaum Sufi) adalah
lebih baik daripada seratus tahun pengabdian yang tulus, dan patuh."
(Ar-Rumi). Sufisme juga menyatakan bahwa manusia mungkin (mampu)
menjadi objektif, dan objektifitas tersebut memungkinkan individu
memahami fakta-fakta yang 'lebih tinggi'. Manusia oleh karena
itu diundang untuk mencoba mendorong evolusinya mendahului terhadap apa
yang kadang disebut di dalam Sufisme 'akal budi yang sesungguhnya' (real
intellect). Kaum Sufi beranggapan, bahwa jauh dari pengetahuan
ini di dalam buku-buku yang ada, bagian terbesar dari hal itu harus
dikomunikasikan secara personal dengan memakai suatu interaksi antara
guru dan murid. Sangat banyak perhatian pada halaman-halaman tertulis,
mereka menegaskan, bahkan dapat berbahaya. Inilah persoalan
selanjutnya; karena hal itu muncul untuk menentang sarjana atau pelajar
tak kurang daripada anggota komunitas modern terpelajar yang merasa,
jika pada waktu itu hanya secara bawah sadar, bahwa semua ilmu
pengetahuan sudah tentu ada di dalam buku-buku.
(3)
Kendati demikian, kaum Sufi telah bekerja keras dalam waktu yang lama
untuk menyadur kata-kata yang tertulis guna menyampaikan bagian-bagian
tertentu dari apa yang mereka ajarkan. Hal ini telah membawa
kepada penggunaan materi-materi yang dimanipulasi dan ditulis dalam kode
–tidak dirancang secara khusus atau selalu untuk menyelubungi arti yang
sebenarnya. Tetapi bermaksud untuk memperlihatkan apabila
membaca sandi, bahwa apakah yang terlihat di permukaan tampak seperti
sebuah syair yang lengkap, dongeng, cerita yang dibuat-buat, risalah dan
sebagainya, mudah atau rentan terkena interpretasi lain: suatu peragaan
yang demikian itu analog dengan efek sebuah kaleidoskopis. Dan
apabila kaum Sufi menggambar diagram-diagram untuk tujuan serupa itu,
para penjiplak cenderung menyalinnya belaka, dan menggunakannya pada
tingkat pengertian mereka sendiri. Teknik Sufi yang lain
melengkapi problem selanjutnya. Banyak bagian-bagian, bahkan seluruh
buku-buku atau rentetan pernyataan-pernyataan Sufi yang tegas, dirancang
untuk merangsang pemikiran bahkan kadang-kadang dengan metode
mengembangkan kritikisme yang sehat. Dokumen-dokumen ini sangat
sering diambil oleh para murid literalis mereka sebagai cara
menerjemahkan yang seberiamya terhadap kepercayaan-kepercayaan yang
dipegang oleh para penulisnya. Di Barat umumnya, kita memiliki
banyak atau lebih dari cukup terjemahan. Kebanyakan cara penerjemahan
sesuai dengan aslinya terhadap hanya satu faset dari teks-teks
multidimensional. Para murid Barat, sesungguhnya tahu bahwa
dimensi-dimensi internal itu eksis, tetapi (mereka) belum menggunakannya
secara luas dalam karya-karya mereka. Menjadi adil, jelas, hal itu
dikatakan kalau beberapa telah mengakui bahwa mereka tidak dapat
mengerjakannya.
(5)
(4)
Problem khusus kedua adalah, kendati para ilmuwan benar-benar menanti
pembuktian materi tersebut, atau mencoba menyelidikinya, kaum okultis
yang mudah tertipu akan mengerumuni kaum Sufi yang mengatakan hal-hal
tersebut sebagai diambil (berasal) dari Sufisme. Mereka akan
meminta dengan segera atau mendesak, mulai dari hak, pengetahuan yang
berhubungan dengan magis, pengendalian-diri, kesadaran yang lebih
tinggi, rahasia-rahasia tersembunyi dan sebagainya. Bagi kaum
Sufi, orang-orang yang percaya dan kadang tidak seimbang ini, dapat
lebih merupakan suatu masalah daripada orang-orang skeptis. Para
penganut ini menciptakan persoalan yang lebih jauh, karena suka akan
pengetahuan magis yang mudah, mereka mungkin dengan segera akan beralih
kepada organisasi-organisasi tersebut (dengan maksud baik dan selainnya)
yang tampaknya dapat memuaskan kehausan mereka akan hal-hal yang tidak
dipahami atau tidak wajar; atau mencoba 'jalan pintas'. Tidak
dapat disangkal kalau kita menggunakan ungkapan ini—tetapi selalu dengan
kualifikasi-kualifikasi: 'Seorang ahli, bagaimanapun, menemukan atau
merencanakan jalan pintas menuju pencapaian pengetahuan Tuhan. Ada
banyak jalan menuju Tuhan, sebanyak jiwa manusia'. Beberapa perkumpulan
seperti itu terdapat di Inggris dan Amerika. Jika anda menulis
untuk literatur mengenai salah satu dari perkumpulan tersebut, anda akan
mendapat suatu publikasi yang menyatakan bahwa kaum Sufi lebih suka
diet vegetarian dan para murid tersebut pastilah 'bebas dari kasta,
warna (kulit) dan keyakinan', sebelum mengembangkan 'kekuatan-kekuatan
gaib'. Gerakan lain, menggunakan nama Sufi, mengidolakan para
pendiri mereka, memberi anggota semacam upacara inter-religi. Lebih dari
satu praktik-praktik resital musik, dimaksudkan untuk mengharuskan para
pencari menggerak-gerakkan anggota badan menuju suatu kegembiraan yang
bermanfaat—pengganti fakta bahwa ajaran Sufi yang dicatat secara luas,
kalau musik dapat membahayakan dan bahwa itulah yang diajarkan, bukan
guru, yang merupakan pokok dari Sufisme. (5)
Redaktur: Chairul Akhmad
Sumber: Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat oleh Idries Shah/Media Isnet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar