Kamis, 18 Oktober 2012

PEMAHAMAN SUFI

Pemahaman Sufi
Sumber : Republika

(1)
Dalam abad di mana institusionalisasi bergerak maju secara lambat ini, setidaknya sama sulitnya dengan membuat masalah ini secara efektif. Bagaimana pun seribu tahun lalu, pengembara darwis Niffari di Mesir, dalam pengaruh-tetap klasiknya, Muwaqif ('orang-orang yang berhenti'), dengan penuh semangat menekankan bahaya dari kesalahan wahana untuk mencapai sasaran. Dekat dengan masalah ini adalah satu diantara kepemimpinan atau jabatan guru. Guru Sufi adalah seorang konduktor, pemimpin dan instruktur (pelatih)—bukan dewa. Pemujaan pribadi dilarang dalam Sufisme. Oleh karena itu Rumi berkata, "Janganlah melihat bentuk luarku, tetapi ambil apa yang ada dalam tanganku." Dan Jurjani berujar, "Kerendahan hatiku yang engkau sebut adalah tidak ada, karena engkau telah terpengaruh olehnya. Hal itu ada karena alasannya sendiri." Bagaimana pun kepribadian yang menarik bagi orang biasa bahwa para pengganti guru-guru Sufi telah cenderung menghasilkan, lebih baik daripada penerapan kehidupan atas prinsip-prinsip berpikir, sistem-sistem hagiografi, ganjil dan kurang sempurna. Tema mengenai sifat kesementaraan dari 'kepompong' ulat gemar dilupakan. Karena itu tetap dibutuhkan suatu teladan baru. Problem selanjutnya bagi murid yang tidak sadar akan situasi di atas merupakan eksistensi dari apa yang telah disebut 'biografi ilustratif'. Muatan materi ini dirancang untuk belajar, pada akibat-akibat tertentu, di dalam perjalanan di mana banyak dongeng atau cerita isapan jempol dapat berisi fakta-fakta yang didramatisasi. Dengan perjalanan waktu, mereka hidup lebih lama daripada manfaat mereka, dan kemudian diambil sebagai kebohongan atas catatan-catatan kebenaran harfiah. Di mana ahli sejarah yang akan dengan rela melepas atau menyerahkan sumber materi seperti itu ? Hal itu sebagai contoh, karena di dalam sebuah biografi Maulana Jalaluddin Ar-Rumi ia menyatakan telah melewatkan atau menghabiskan masa-masa yang panjang dalam bak mandi Turkinya, para pencari yang memiliki kesadaran lebih tinggi dan akan dicerahkan telah benar-benar tahu berkah dari laporan tersebut dengan arti seperti membangun dan sering-sering mengunjungi steambath milik mereka. Mereka, sebaliknya, mempunyai milik para penirunya sendiri.

(2)
Tetapi gagasan-gagasan Sufi, diambil dari sikap tersebut, tidak pernah dimaksudkan untuk menantang manusia. Hanya untuk memberinya atau melengkapinya dengan suatu tujuan yang lebih tinggi, untuk mempertahankan konsepsinya bahwa mungkin ada beberapa fungsi (manfaat) dari pikiran yang dihasilkan sebagai contoh para tokoh besar Sufi. Yang tak dapat dielakkan adalah orang-orang yang bertabrakan dengan gagasan ini. Hal itu karena kelaziman dari reaksi ini, bahwa kaum Sufi mengatakan, kalau orang tidak benar-benar menginginkan pengetahuan bahwa pernyataan-pernyataan Sufisme menjadi dapat tertanam: mereka sesungguhnya hanya mencari kepuasan hati mereka sendiri, di dalam sistem berpikir mereka. Tetapi Sufi menuntut dengan tegas: "Waktu yang singkat berada di hadapan teman-teman (kaum Sufi) adalah lebih baik daripada seratus tahun pengabdian yang tulus, dan patuh." (Ar-Rumi). Sufisme juga menyatakan bahwa manusia mungkin (mampu) menjadi objektif, dan objektifitas tersebut memungkinkan individu memahami fakta-fakta yang 'lebih tinggi'.  Manusia oleh karena itu diundang untuk mencoba mendorong evolusinya mendahului terhadap apa yang kadang disebut di dalam Sufisme 'akal budi yang sesungguhnya' (real intellect). Kaum Sufi beranggapan, bahwa jauh dari pengetahuan ini di dalam buku-buku yang ada, bagian terbesar dari hal itu harus dikomunikasikan secara personal dengan memakai suatu interaksi antara guru dan murid. Sangat banyak perhatian pada halaman-halaman tertulis, mereka menegaskan, bahkan dapat berbahaya. Inilah persoalan selanjutnya; karena hal itu muncul untuk menentang sarjana atau pelajar tak kurang daripada anggota komunitas modern terpelajar yang merasa, jika pada waktu itu hanya secara bawah sadar, bahwa semua ilmu pengetahuan sudah tentu ada di dalam buku-buku.

(3)
Kendati demikian, kaum Sufi telah bekerja keras dalam waktu yang lama untuk menyadur kata-kata yang tertulis guna menyampaikan bagian-bagian tertentu dari apa yang mereka ajarkan. Hal ini telah membawa kepada penggunaan materi-materi yang dimanipulasi dan ditulis dalam kode –tidak dirancang secara khusus atau selalu untuk menyelubungi arti yang sebenarnya. Tetapi bermaksud untuk memperlihatkan apabila membaca sandi, bahwa apakah yang terlihat di permukaan tampak seperti sebuah syair yang lengkap, dongeng, cerita yang dibuat-buat, risalah dan sebagainya, mudah atau rentan terkena interpretasi lain: suatu peragaan yang demikian itu analog dengan efek sebuah kaleidoskopis. Dan apabila kaum Sufi menggambar diagram-diagram untuk tujuan serupa itu, para penjiplak cenderung menyalinnya belaka, dan  menggunakannya pada tingkat pengertian mereka sendiri. Teknik Sufi yang lain melengkapi problem selanjutnya. Banyak bagian-bagian, bahkan seluruh buku-buku atau rentetan pernyataan-pernyataan Sufi yang tegas, dirancang untuk merangsang pemikiran bahkan kadang-kadang dengan metode mengembangkan kritikisme yang sehat. Dokumen-dokumen ini sangat sering diambil oleh para murid literalis mereka sebagai cara menerjemahkan yang seberiamya terhadap kepercayaan-kepercayaan yang dipegang oleh para penulisnya. Di Barat umumnya, kita memiliki banyak atau lebih dari cukup terjemahan. Kebanyakan cara penerjemahan sesuai dengan aslinya terhadap hanya satu faset dari teks-teks multidimensional. Para murid Barat, sesungguhnya tahu bahwa dimensi-dimensi internal itu eksis, tetapi (mereka) belum menggunakannya secara luas dalam karya-karya mereka. Menjadi adil, jelas, hal itu dikatakan kalau beberapa telah mengakui bahwa mereka tidak dapat mengerjakannya.

(4)
Problem khusus kedua adalah, kendati para ilmuwan benar-benar menanti pembuktian materi tersebut, atau mencoba menyelidikinya, kaum okultis yang mudah tertipu akan mengerumuni kaum Sufi yang mengatakan hal-hal tersebut sebagai diambil (berasal) dari Sufisme. Mereka akan meminta dengan segera atau mendesak, mulai dari hak, pengetahuan yang berhubungan dengan magis, pengendalian-diri, kesadaran yang lebih tinggi, rahasia-rahasia tersembunyi dan sebagainya. Bagi kaum Sufi, orang-orang yang percaya dan kadang tidak seimbang ini, dapat lebih merupakan suatu masalah daripada orang-orang skeptis.  Para penganut ini menciptakan persoalan yang lebih jauh, karena suka akan pengetahuan magis yang mudah, mereka mungkin dengan segera akan beralih kepada organisasi-organisasi tersebut (dengan maksud baik dan selainnya) yang tampaknya dapat memuaskan kehausan mereka akan hal-hal yang tidak dipahami atau tidak wajar; atau mencoba 'jalan pintas'.  Tidak dapat disangkal kalau kita menggunakan ungkapan ini—tetapi selalu dengan kualifikasi-kualifikasi: 'Seorang ahli, bagaimanapun, menemukan atau merencanakan jalan pintas menuju pencapaian pengetahuan Tuhan. Ada banyak jalan menuju Tuhan, sebanyak jiwa manusia'. Beberapa perkumpulan seperti itu terdapat di Inggris dan Amerika.  Jika anda menulis untuk literatur mengenai salah satu dari perkumpulan tersebut, anda akan mendapat suatu publikasi yang menyatakan bahwa kaum Sufi lebih suka diet vegetarian dan para murid tersebut pastilah 'bebas dari kasta, warna (kulit) dan keyakinan', sebelum mengembangkan 'kekuatan-kekuatan gaib'. Gerakan lain, menggunakan nama Sufi, mengidolakan para pendiri mereka, memberi anggota semacam upacara inter-religi. Lebih dari satu praktik-praktik resital musik, dimaksudkan untuk mengharuskan para pencari menggerak-gerakkan anggota badan menuju suatu kegembiraan yang bermanfaat—pengganti fakta bahwa ajaran Sufi yang dicatat secara luas, kalau musik dapat membahayakan dan bahwa itulah yang diajarkan, bukan guru, yang merupakan pokok dari Sufisme.

(5)
 


Redaktur: Chairul Akhmad
Sumber: Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat oleh Idries Shah/Media Isnet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar