Kamis, 27 September 2012

Secuil Hukum

Secuil Mengenai Hukum
Oleh : Ust. Agus Pranamulia

Bersahabat dengan mahasiswa jurusan hukum juga banyak manfaatnya, selain diskusi mengenai praktek hukum di masyarakat juga yang tak kalah pentingnya adalah dasar-dasar ilmu hukum. Apalagi saya tidak mempunyai dasar keilmuan hukum, kecuali suka membaca artikel hukum Islam.

Hukum adalah seperangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan manusia dan alam semesta yang bersumber dari negara, masyarakat dan alam, yang bertujuan perdamaian dan keadilan. Sementara ilmu hukumnya sendiri adalah menghimpun, memaparkan, menganalisis, menafsirkan, dan mensistematisasikan hukum positif yang berlaku dalam suatu masyarakat dan negara dengan berbagai pendekatan ilmu.

Dari sisi ontologi, bahasan hukum itu  mencakup : 

Substansi hukum dan kaidah (Aturan, norma dan pola perilaku manusia yang berada dalam sistem itu,  baik itu tertulis maupun tidak tertulis). Yang tertulis : UUD 1945, UU/PERPU, PerPem, PerPres, PerMen, Perda. Sementara yang tidak tertulis : hukum adat, kebiasaan, kesusilaan dan kepatutan.


Asas (sesuatu yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berpikir serta cita-cita yang menjadi dasar dan memberikan kebenaran atas hukum). Asas : Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah bangsa, asas hukum umum, asas yang berlaku dalam masyarakat adat dan berlaku dalam Agama, Paradigma, teori-teori hukum dan filsafat hukum.

Budaya hukum dan proses (sikap-sikap dan nilai-nilai yang berhubungan dan terkait dengan tingkah laku yang berhubungan dengan hukum dan lembaga-lembaganya, baik secara positif maupun negatif). Poin-poin penting : kesadaran hukum, perilaku, interaksi, doktrin, adat istiadat dan kebiasaan.

Struktutr Hukum dan lembaga (merupakan institusionalisasi ke dalam entitas-entitas hukum, seperti struktur badan peradilan dalam semua tingkatan, termasuk legislatif dan eksekutif).
Eksekutif, legislatif, yudikatif, eksaminatif dan konsultatif.

Cerita alur berpikir hukum Muhtar Kusumaatmaja dan Sacipto Raharjo sangat menarik untuk ditengok. Menurut Muhtar hukum itu dibuat untuk melayani kebutuhan masyarakat, semnetara pak Sacipto sebaliknya bahwa hukum itu tumbuh dari masyarakat.

Karya Hukum : Peraturan perundang-undangan, Putusan hakim, Dakwaan/Tuntutan Jaksa, Pledoi, Akta Notaris, Legal Opinion, Naskah Akademis dan Akta-akta Pejabat Pemerintahan, dsb.

Karya Ilmiah Hukum : Skripsi, Memorandum Hukum, Studi Kasus, Tesis dan Disertasi. 

Wallahu a'lam.
Bogor, akhir September 2012.

Rabu, 26 September 2012

Pancakaki Pranamulia Ngadaun Ngora

Oleh  :  Ust. Agus Pranamulia, SE, MM

Pancakaki bagi orang Sunda sepertiku sangatlah penting. Karena sebagai salah satu  upaya merekatkan kekerabatan diantara anggota keluarga. Sayang mayoritas generasi muda Sunda - termasuk bangsa Indonesia -  sekarang sudah banyak yang meninggalkan, akibatnya terjadi kehilangan obor alias tidak tahu silsilah keluarga. Saudara menjadi orang lain, orang lain menjadi saudara yang dalam pepatah sundanya : dulur jadi batur, batur jadi dulur. padahal jelek-jelek juga adalah saudara, buruk-buruk papan jati.

Penelusuran garis keturunan (sakeseler) dalam khazanah kesundaan diistilahkan dengan pancakaki. Dalam Kamus Umum Basa Sunda (1993), pancakaki diartikan dengan dua pengertian. 
1. Pancakaki menunjukkan hubungan seseorang dalam garis keluarga (perenahna jelema ka jelema deui anu sakulawarga atawa kaasup baraya keneh). Kita pasti mengenal istilah kekerabatan, seperti indung, bapa, aki, nini, emang, bibi, euceu, anak, incu, buyut, alo, suan, kapiadi, kapilanceuk, aki ti gigir, dan nini ti gigir.Istilah tersebut merupakan sistem kekerabatan masyarakat Sunda yang didasarkan pada hubungan seseorang dalam sebuah komunitas keluarga. Dalam sistem kekerabatan urang Sunda diakui juga garis saudara (nasab) dari bapak dan ibu, seperti bibi, emang, kapiadi, kapilanceuk, nini ti gigir, dan aki ti gigir.

2. Pancakaki juga bisa diartikan sebagai proses penelusuran hubungan seseorang dalam jalur kekerabatan (mapay perenahna kabarayaan). Secara empiris, ketika kita mengunjungi suatu daerah, pihak yang dikunjungi akan membuka percakapan, "Ujang teh ti mana jeung putra saha (Adik itu dari mana dan anak siapa)?" Ini dilakukan untuk mengetahui asal-usul keturunan tamu sehingga pribumi akan lebih akrab atau wanoh dengan semah guna mendobrak kekikukan dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Maka, pancakaki pada pengertian ini adalah proses pengorekan informasi keturunan untuk menemukan garis kekerabatan yang sempat putus. Biasanya hal ini terjadi ketika seseorang nganjang ke suatu daerah dan di sana ia menemukan bahwa antara si pemilik rumah dan dirinya ada ikatan persaudaraan. Maka, ada peribahasa bahwa dunia itu tidak selebar daun kelor. Antara saya dan Anda, mungkin kalau ber-pancakaki, ternyata dulur. Minimal sadulur jauh.

Menurut Edi S Ekadjati (Kebudayaan Sunda, 2005), urang Sunda memperhitungkan dan mengakui kekerabatan bilateral, baik dari garis bapak maupun ibu. Ini berbeda dengan sistem kekerabatan orang Minang dan Batak yang menganut sistem kekerabatan matriarkal dan patriarkal, yaitu hanya memperhitungkan garis ibu dan garis keturunan bapak.

Pancakaki dalam bahasa Indonesia mungkin agak sepadan dengan silsilah, yakni kata yang digunakan untuk menunjukkan asal-usul nenek moyang beserta keturunannya. Akan tetapi, ada perbedaannya. Menurut Ajip Rosidi (1996), pancakaki memiliki pengertian hubungan seseorang dengan seseorang yang memastikan adanya tali keturunan atau persaudaraan. Namun, menjadi adat istiadat dan kebiasaan yang penting dalam hidup urang Sunda, karena selain menggambarkan sifat-sifat urang Sunda yang ingin selalu bersilaturahim, itu juga merupakan kebutuhan untuk menentukan sebutan masing-masing pihak dalam menggunakan bahasa Sunda.

Mengapa? Sebab, pancakaki sebagai produk kebudayaan Sunda diproduksi karuhun Ki Sunda untuk menciptakan relasi sosial dan komunikasi interpersonal yang harmonis dalam komunitas, salah satunya ajen-inajen berbahasa. Tidak mungkin, jika kita tahu si A atau si B memiliki hubungan kekerabatan dengan kita, dan lebih tua, kita mencla-mencle berbicara tak sopan. Jadi, dengan ber-pancakaki sebetulnya kita (urang Sunda) tengah membina silaturahim dengan setiap orang.

Pancakaki nya éta hiji sistem nu ngagambarkeun hubungan kulawarga. Bangsa-bangsa di dunya atawa nu basana béda bisa waé Dina adat istiadat urang Sunda, pancakaki téh ngabogaan dua harti. Kahiji, pancakaki téh hartina pernahna jelema ka jelema deui anu sakulawarga atawa anu kaasup baraya kénéh. Upamana baé, kumaha pancakakina si Dadap ka si Waru, naha kaasup indung, bapa, nini, aki, paman, bibi, anak, incu, buyut. alo, suan, jsté. Kadua, pancakaki téh hartina mapay perenahna kabarayaan. pola-pola nu ampir sarua. Upami kitu, narjamahkeun hiji istilah ka basa séjén minangka pagawéan nu teu susah. Ngan sakapeung, panarjamah héséeun narjamahkeun istilah-istilah pancakaki ti bangsa nu sistemna béda.

Ka handap anak: turunan kahiji (turunan pertama), incu: turunan kadua, anak ti anak (cucu, turunan kedua, anak dari anak), buyut: turunan katilu, anak ti incu (cicit, turunan ketiga, anak dari cucu) sarta bao: turunan kaopat, anak ti buyut (turunan keempat, anak dari buyut).

Ka luhur : bapa: ayah, indung: ibu, aki: kakek, ayah dari ayah/ibu, nini: nenek, ibu dari ayah/ibu, uyut: ayah/ibu dari kakek/nenek, bao: ayah/ibu daru uyut, janggawaréng: ayah/ibu dari bao, udeg-udeg: ayah/ibu dari janggawaréng, kakait siwur: ayah/ibu dari udeg-udeg, karuhun: silsilah ke atas yang sudah meninggal sarta sesepuh: silsilah ke atas yang masih hidup.

Ka gigir lanceuk: abang/kakak, saudara laki-laki/perempuan yang lebih tua, adi: adik, saudara laki-laki/perempuan yang lebih muda, uwa: saudara laki-laki/perempuan yang lebih tua (abang/kakak) dari ayah/ibu, paman/emang: saudara laki-laki yang lebih muda (adik) dari ayah/ibu, bibi: adina bapa/indung (awéwé), alo: keponakan, anak dari abang/kakak, suan: keponakan, anak dari adik, aki ti gigir: kakek, saudara kandung laki-laki (abang/adik) dari kakek/nenek, nini ti gigir: nenek, saudara kandung perempuan (kakak/adik) dari kakek/nenek, kapilanceuk: sepupu, anak abang/kakak dari ayah/ibu, kapiadi: sepupu, anak adik dari ayah/ibu, incu ti gigir: incuna adi, emang ti gigir: anakna adi aki/nini (lalaki), bibi ti gigir: anakna adi aki/nini (awéwé).

Perkawinan : salaki: suami, pamajikan: istri, mitoha: mertua, minantu: menantu, lanceuk beuteung: abang/kakak ipar, abang/kakak kandung dari suami/istri, adi beuteung: adik ipar, adik kandung dari suami/istri, Anak : tunggal: anak tunggal, cikal: anak sulung, anak yang lahir pertama, panengah: anak tengah, anak yang lahir tengah-tengah (biasanya untuk jumlah anak ganjil), pangais bungsu: abang/kakak dari anak bungsu, urutan kedua dari bawah, bungsu: anak bungsu, anak yang lahir terakhir.

Istilah Séjénlanceuk sabrayna: abang/kakak sepupu yang masih satu turunan dari kakek/nenek, adi sabrayna: adik sepupu yang masih satu turunan dari kakek/nenek, dulur pet ku hinis: saudara kandung, saudara satu ibu dan satu bapak, dulur sabaraya:dulur pisan, anakna emang/bibi jeung ua, dulur teges: dulur enya saindung sabapa, indung téré: pamajikan Bapa lain anu ngalahirkeun urang, bapa téré: salaki indung lain anu ngalantarankeun urang lahir, anak téré : anak sampakan ti lalaki/pamajikan, dulur patétéréan: anak indung/bapa téré, baraya laér : baraya anu nurutkeun pancakaki geus jauh, teu hir teu walahir: teu baraya saeutik-eutik acan, bau-bau sinduk: baraya kénéh sanajan geus laér, baraya: sakur anu aya pancakakina, bésan: indung/bapana minantu sarta dahuan: salaki atawa pamajikanna lanceuk

Saya diberi nama oleh orang tua : Agus Pranamulia yang merupakan anak sulung dari 7 bersaudara. Secara beruntun mereka adalah : 
1. Sri Suprihatin (Cici), yang tinggal di Lengis, Ciadeg, Cigombong Bogor, 
2. Setia Lesmana, MSi, tinggal di Vila Ciomas, Bogor,
3. Dodi Purnama, Spd, tinggal di Cikampek
4. Nina Komalasari (pipit), tinggal di Bandung
5. Cahya Subhanansyah, SEI tinggal di Bogor
6. Wildan Purwana (Alit Irta), tinggal di Cikampek.

Dari garis ayah :

Almarhum ayahku adalah pensiunan Bank BRI Cikampek, bernama Caswin bin Karnadi (Aki Tacih). Meniti karir di BRI Veteran dan pensiun di BRI Cikampek. Kakekku yang bernama Aki Tacih, merupakan kokolot lembur,  tinggal  di kampung Purwajaya, Purwadadi, Subang dan mempunyai 2 orang adik yang bernama Aki Wara dan Nini Kalmi. Ayahnya bernama Sarji bin Cakrawinata. Menurut informasi Mang Anot, Sarji ini berasal dari daerah Cilamaya kabupaten Karawang. Saudara yang terdata disana adalah anak-anak dari Nini .... yang mempunyai putera : Ambeh, Aki Wilin dan Ukim. Anak-anak Aki Wilin adalah Alam, Hasan yang berdomisili di daerah Sukahaji, Gempol, Cilamaya.

Guru Wara yang pernah mengajar di SD Tumaritis, mempunyai anak : Fatonah, Endang dan Dedi yang bekerja di bangdes kecamatan Serang, Bekasi. Kabar terakhir mang Dedi hijrah menjadi guru di SMA Serang, Bekasi. Sementara itu Nini Kalmi mempunyai anak : Engkok, Ati dan H. Tosri. H. Tosri sendiri adalah pedagang daging yang terkenal di daerah Setiakawan, Duri Jakarta Pusat. Hasil perkawinannya dengan bu Haji Indun yang berasal dari Cikadueun Pandeglang, menurunkan anak-anaknya di daerah Jakarta.

Adapun nenekku dari ayah berasal dari Tanjungsari, Sumedang yang bernama nini Umi binti Narfan. Niini   Umi bersaudara dengan nini Kufi.

Dari garis ibu :

Sementara ibuku mempunyai nama (Sa) Anih yang lahir di Banjir Kanal Jakarta Barat. Dinamai demikian karena merupakan 'sisa' setelah kakak kandungnya banyak yang meninggal dan menyisakan satu-satunya ibu saya. Ayahnya bernama Acim, seorang pensiunan Angkatan Darat yang berasal dari daerah pinggiran Jakarta. tepatnya duren seribu, Sawangan. Acim adalah putera dari Minan (Pondok Raga, Sawangan) bin Iti bin ..... Keluarga kakekku memang merupakan bagian dari para pendiri pesantren 'Darut Tafsir' Duren Seribu, Sawangan, Kota Depok. Sewaktu kecil wilayah ini masuk ke dalam Parung. Saya lihat kampus SEBI (Syariah banking Institute) yang baru terletak di Pondok Rangga, Sawangan.

Adapun nenekku berasal dari sebuah kampung di kaki gunung Salak. Namanya kampung Babakan Desa Cibalung, Cijeruk, Bogor. Daerah ini terkenal dengan tanaman 'bambu'nya. Nenekku sendiri bernama Hajah Aisah binti Cakerim bin Idong bin Teloy bin Ki Jai'an.  Nah sosok Ki Jai'an sendiri yang makamnya di bantar panjang, maseng sangatlah populer. Beliau mempunyai saudara Ki Rasiun, Ki Sarian, dan adiknya Ki Ja'iin yang konon ibunya bernama Nini Sayem dari Limus Nunggal Ciherang Caringin dan bersuamikan Ki Puspa dari Cirebon. Ayahnya nini Sayem ini bernama Ki Kartaran bin Elan Sutawinata.

Nenekku sendiri adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara. Kakaknya bernama : Aki Saih, Lurah Saim, Nini Jaah, Nini Amah, Nini Karsih, dan H. Isda.
Aki Saih menurunkan Emang, Icih, Emah, Isah dan Guru Abas.
Aki Saim menurunkan : Ikah, Sana, Ulan.
Nini Jaah menurunkan Mimi, Emin, Ocah, Fatah, Tomi, Muna, Titin.
Nini Karsih tinggal di gang menteng ujung yang menikah dengan bah hasyim guru ngaji menurunkan acun, dasuki, mumuh, nunung dan cucup (sopyan tsauri, pegawai BMKG Perhubungan).
Nini Amah menurunkan ari.
Aki Isda menurunkan Kosasih Ismatullah.


Uyutku  Cakerim mempunyai saudara yang bernama :
Uyut Baimin yang menurunkan anak-anaknya di daerah legok pr selaawi, dari isteri pertama : wa Iha, wa arsi, wa Tu'ah, wa Karta, wa Hatni. Setelah meninggal isteri pertama menikah yang kedua dengan Nini Munawaroh dari Cisaat Sukabumi. Mempunyai anak bernama : Bah Tatang, Haji Solihat, Haji Abduloh.
Wa iha : mamad (alm), Uki (Musa Bantar Kambing), H. Mustofa (memed gadog), Inun (Muhtar Nanggeleng, Empat di selaawi, to'ah). wa Arsi : Hanafi, Romi (bengkel mang Hamid), piah (bi'ah mang Odih), odah (ibrohim), aam (hadri, wawan, eroh),  Wa Tu'ah : uum bojong konong (udin, jaja, jujun, cecep, roh isteri apih), oji bojong koneng (syukur, sobar, bae), ojan bjg menteng pentas (didi, duduy, diding, yayat, wawan), yayat, titim bjg koneng (dayat).Hatni kebon pala Cibadak (sopiah, eman, Idah, Ace)

Anak-anak Bah Tatang dari siteri Siti Khadijah terdiri dari :
1. Titin (Edi Sudiyana, Pademangan, Jakarta, Aep di Selaawi, Neneng di Sela Awi, Dadan & Rustiyah belajar nyantren di Cibubur). 
2. Ahmad Rifa'i beristerikan Eli Nurlaeli Cipicung, Cibuntu, Pelabuhan Ratu : Siti Nurasiyah Jamil (Nanggewer Mekar), Usep Jumhur, M.Ismail Marjuki, M.Sulaeman Rasyid, Abdul Qadir Jaelani, Siti Jenab Nuraeni, Siti Latifah Nuralela dan  Siti Nurhasanah).
3. Punarsih : Said Hudri, Ocad Rosadi, Kamal.
4. Suparman (Alm) : Ujang Tajudin, Nurhafni, Candra, Mae.
5. Miski di Kongsi Cisarua :
6. Nurdin di Kp. Pule, Cikarang

Hj. Solihat tidak mempunyai putra.
H. Abduloh :
1. Yayat di Nagrak
2. Wawat di Cicurug
3. Heri
4. Eha
5. Yeni

Uyut Sapilot yang mempunyai anak angkat bernama yang biasa menjadi 'tukang urut' nini ma'am di bantar panjang, maseng
Uyut Doing yang 'kabur' ke daerah Jogjogan, Cisarua menghindari pajak zaman Belanda. Pak Doing dan keturunannya sendiri kini tinggal di daerah Cilember, Cisarua, Bogor. Anak-anaknya antara lain : H. Uju, H. Arif, 'Ala, Oip dan Usup. Anak 'Ala yaitu H.Udin tinggal di Pasir Panjang. Jogjogan, Cisarua.
 
Dari pihak ibu nenek adalah putera dari Mak Atu binti Teloy.

Mudah-mudahan bermanfaat, terutama sekali pada kerabat dekat yang selama ini sudah 'jauh' dan tidak mengetahui alur leluhurnya.

Kuntowijoyo dalam buku berjudul Budaya dan Masyarakat (2006:6), menulis bahwa dalam budaya kita akan ditemukan adanya tiga komponen pokok, yaitu lembaga budaya, isi budaya, dan efek budaya (norma-norma). Lembaga budaya menanyakan siapa penghasil produk budaya, pengontrol, dan bagaimana kontrol itu dilakukan. Isi (substansi) budaya menanyakan apa yang dihasilkan atau simbol-simbol apa saja yang diusahakan. Adapun efek budaya menanyakan konsekuensi apa yang diharapkan.

Maka, anomali budaya (kebudayaan disfungsional) akan terjadi jika simbol dan normanya tidak lagi diejawantahkan masyarakat. Akibatnya, muncul kontradiksi sehingga memicu lahirnya kelumpuhan dasar-dasar relasi secara sosiologis. Ini akan terjadi juga dalam ruang lingkup relasi sosial kemasyarakatan urang Sunda jika pancakaki sebagai isi kebudayaan lokal tidak mendapatkan porsi pengamalan dan pelestarian. Efek kebudayaan pun tidak akan dirasakan, seperti menggejalanya keterputusan komunikasi dan relasi antar-dulur (kerabat) yang satu dengan yang lain.

Ketika tidak memiliki efek budaya, hal itu akan memicu lahirnya anomali akibat minimnya keinginan kita untuk mengaktifkan simbol kebudayaan, salah satunya pancakaki, dalam hidup keseharian. Tradisi silaturahim atau silaturahim khas Sunda (baca: pancakaki) ini sesuai dengan ajaran agama yang mengajarkan umatnya untuk menyebarkan keselamatan. Silaturahim juga merupakan salah satu penentu masuk surga dan terciptanya keharmonisan interaksi.

Namun, bagi urang Sunda kiwari, ber-pancakaki tidak hanya dilakukan untuk menelusuri garis keturunan, tetapi juga menelusuri dari mana asal diri kita. Karena itu, seorang pengusaha dan pejabat, umpamanya, sadar bahwa sebetulnya mereka berasal dari rakyat.

Karena itu, saatnya kita ber-pancakaki. Lirik kiri-kanan, jangan-jangan ada keluarga dekat atau jauh, bahkan rakyat miskin yang tak bisa makan. Sebab, dalam ajaran agama, semua manusia bersaudara. Semua berasal dari Nabi Adam AS. Jadi, dulur sadayana oge manusa mah! Wallahualam.
Wallahu a'lam.

Bogor, 27 September 2012.

Silaturahmi Pesantren

Silaturahmi ke Pesantren Bakom, Ciawi, Bogor

Oleh : Ust. Agus Pranamulia, SE, MM

Melaksanakan tugas-tugas rutin dari Markaz Islam - DKM Mesjid Raya Bogor berupa kunjungan ke berbagai pesantren di Bogor sungguh menyenangkan. Setelah kunjungan ke Ajengan Kholik di Cibedug, Sukaraja Bogor di bulan lalu, saya mengunjungi Pesantren Bakom ditemani oleh ust. Budi Pamungkas yang masih kerabat dekat Mama Oha.

Namun sebelum kita menjelaskan asal-usul dan segala hal yang berkaitan dengan Pesantren Bakom, alangkah baiknya kita tengok dulu pengertian dan keberadaan pesantren di Indonesia.

Pesantren, pondok pesantren, atau sering disingkat pondok atau ponpes, adalah sekolah Islam berasrama yang terdapat di Indonesia. Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang al-Qur'an dan as-Sunnah, dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa-bahasa Arab. Para pelajar pesantren (disebut sebagai santri) belajar di sekolah ini, sekaligus tinggal pada asrama yang disediakan oleh pesantren. Institusi sejenis juga terdapat di negara-negara lainnya; misalnya di Malaysia dan Thailand Selatan yang disebut sekolah pondok, serta di India dan Pakistan yang disebut madrasa Islamia.

Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai. Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri. Kyai saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai. Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan. Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal kemana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman. 


Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudain dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan  Howard M - salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh (pesantren disebut dengan nama Dayah di Aceh) dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk belajar.

Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata "santri" berarti murid dalam bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok. Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.

Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah santri juga dalam ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C. Berg, berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.

Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas vertical (dengan penjejelan materi-materi keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial). Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based curriculum) dan cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan kikian masyarakat (society-based curriculum). Dengan demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus merespons carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya.
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.

Banyak pesantren di Indonesia hanya membebankan para santrinya dengan biaya yang rendah, meskipun beberapa pesantren modern membebani dengan biaya yang lebih tinggi. Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa institusi pendidikan lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah. Organisasi massa (ormas) Islam yang paling banyak memiliki pesantren adalah NU. Ormas Islam lainnya yang juga memiliki banyak pesantren adalah Al-Washliyah dan Hidayatullah.

Rabu siang saya meluncur dari Mesjid Raya menyusuri tol menuju Ciawi. Setelah melewati pasar Ciawi arah Sukabumi, kira-kira 1 km kami berbelok kanan ke jalan Bakom. Jalan masuk ke kampung Bakom sangatlah sempit dan kira-kira 300 meter barulah sampai di lokasi pesantren. Jam 14 siang kami diterima oleh Mama Oha di rumahnya. Sambil menikmati suguhan teh hangat dan kue ringan, kami mengobrol humor dan diseputaran keberadaan dan sejarah Pesantren.

Menurut penuturan Mama Oha, Pesantren Bakom didirikan oleh sang kakek yang bernama KH. Asyari yang berasal dari daerah Nembol, Mandalawangi, kabupaten Pandeglang sekitar tahun 1850 an. KH. Asyari sendiri putera dari Bah Kalip yang berasal dari Kaduhejo di daerah Serang, Banten. Kang Alfian sendiri yang pernah membidani harian Radar Bogor masih keturunan dari Bah Kalip dari Haji Usman yang mantan ketua NU Pandeglang. Bah Kalip sendiri dinikahkan dengan gadis Nembol oleh Syekh Nawawi Al-Bantani di Mekkah. Keturunan Bah Kalip yang perempuan tinggal di Nembol, sementara yang laki-laki yaitu KH. Asyari dan saudaranya menetap di daerah Bogor.

Kemudian KH. Asyari mempunyai beberapa orang putra dan putri diantaranya Mama Ahmad (Emod). Keturunan Mama Ahmad dari isteri yang berasal dari Karakal antara lain Mama Ujang Nabrowi, Mama Malwi, Mama Barawi (Cecep/Abdur Rouf) dan Mama Ad-Dawi (Dadang). Sedangkan dari perkawinan yang ketiga yaitu dengan Ma Uya yang berasal dari Tanah baru adalah Neng Mumun, Mama Tajudin Diding dan Mama Oha. KH. Yasir sendiri adalah putera dari Mama Tajudin Diding. Ma Uya yang berasal dari Tanah Baru merupakan adik dari uyut Jamhur uyut dari saudara Budi Pamungkas.

Pertemuan keturunan ini dengan Mama Nahrowi dari Pesantren As-Soghiri adalah sama-sama keturunan Rd. Koyong. Menurut penuturan kang Ucu : Rd. H. Nawawi ---- Rd. H. Yasin ----- Rd .... Rd. H. Kurnaen ----- Rd .... Rd. Masyfu ----- Rd. Koyong.

Sedikit mengenai alur kang Ucu (Budi) dan kang Atik adalah sebagai berikut :
Ucu ---- Hj. Siti Aminah ---- Rd. Jamhur ----- Rd. Murtado --- Rd. Muhyidin (Iyi/Kiri) ----- Rd. Koyong.  Atau  Ucu ---- Rd. Siti Aminah ---- Rd. H. Bajuri ---- Rd. H. Ali ----- Rd. Panghulu Karsunan ---- Rd. Kanan ---- Rd. Koyong.  Wallahu'alam.

Bogor 26 September 2012.   

Selasa, 25 September 2012

ASOSIASI BANK SYARIAH INDONESIA

Bertetangga Dengan 
ASOSIASI BANK SYARIAH INDONESIA JABODETABEK
Oleh : Ust. Agus Pranamulia

Tak terasa sudah hampir 3 tahun sekretariat ASBISINDO wilayah Jabodetabek menempati salah satu bagian dari ruangan besar kantor kami Markaz Islam-Mesjid Raya Bogor. Salah satu kegiatan mereka yang penulis pernah ikuti adalah seminar ekonomi Islam di salah satu hotel di daerah Bekasi. Penulis waktu itu diutus oleh MIB seorang diri dan banyak berinteraksi dengan beberapa bank pada saaat-saat rehat. 

Jumlah bank anggota asosiasi tersebut yang kami dapatkan dari bu Desi, petugas di sekretariat mereka berjumlah 25 bank. Sebaran bank berdasarkan wilayah adalah sebagai berikut :
1. Jakarta (Cempaka, Hidayah)
2. Bogor (Amanah Ummah, Bina Rahmah, Rif'atul Ummah dan Insan Cita Artha Jaya),
3. Depok (Bina Amwalul Hasanah, Al-Barokah, Al-Hijrah amanah, Al salam Amal Salam
4. Tanggerang (Attaqwa Garuda Utama, Wakalumi, Berkah Mulia Abadi, Berkah Ramadhan, Musyarakah Ummat Indonesia, 
5. Bekasi (Harta Insan Karimah Cibitung, Harta Insan Karimah Bekasi, BPRS Kota Bekasi, Artha Madani, Amanah Insani dan  Artha Karimah Irsyadi).
6. Cilegon (Baitul Muawanah, Cilegon Mandiri). 

Mudah-mudahan kiprah mereka dalam 'penguatan ekonomi masyarakat' mendapat ridho Allah SWT.

Bogor, 26 September 2012.
  

Kewirausahaan (Entrepreneur)

Kewirausahaan (Entrepreneur) 
Oleh : Ust. Agus Pranamulia

Pendahuluan
Para wirausaha adalah mereka yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, bermotivasi tinggi, mengambil resiko dan mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya.

Pernyataan bahwa negara atau wilayah yang maju jika mempunyai minimal 2 % dari jumlah penduduknya berwirausaha adalah betul. Sebagai ilustrasi bahwa jumlah penduduk kota dan kabupaten Bogor saja berjumlah 6 juta jiwa, dengan jumlah wirausahawan 2 % dari 6 juta jiwa adalah 120 ribu jiwa. Jika wirausahawan tersebut mempunyai sumberdaya manusia atau karyawan minimal 5 orang saja, sudah mengurangi beban pengangguran 600 ribu orang. Bisa dihitung dengan eksak bagaimana multiflier ekonomi, sosial dan budaya dari pergerakan mereka, sehingga terlihat kontribusi dakwah mereka dalam konstelasi aktivitas masyarakat Bogor.

Pembahasan
Secara garis besar pembahasan mengenai isu wirausaha adalah terbagi kepada tiga bagian. Pertama, wirausaha dianalisis dari watak atau karakter pribadinya. Kedua, analisis bagaimana mereka dalam mengelola keuangan. Terakhir, analisis bagaimana mereka mengelola sumber daya yang ada.

Analisis watak wirausahawan antara lain : berjiwa wirausaha, kepemimpinan, pengambilan resiko, pengambilan keputusan, perencanaan bisnis dan penggunaan waktu yang efektif dan efisien.

Analisis pengelolaan keuangan terdiri dari rencana tindakan keuangan, sikap perhitungan, pengukuran dan pengendalian strategi hasil keuangan dan perangkat pengendalian.

Analisis penggunaan sumber daya terdiri dari perolehan sumber-sumber daya yang langka, penilaian peluang pasar, pemasaran barang atau jasa, penggunaan sumberdaya luar dan jaringan instansi pemerintahan.

Ciri wirausaha yang penting adalah bahwa anda menawarkan sesuatu yang berguna bagi orang lain. Semakin besar kebutuhan orang akan produk atau jasa anda, semakin besar imbalan anda. Jika anda bekerja untuk meningkatkan tingkat hidup orang lain dan memperbaiki kehidupan mereka, anda akan melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

Penutup
Mudah-mudahan tulisan sederhana ini dapat bermanfaat.
Wallahu'alam.

Bogor, akhir September 2012.

Referensi

Minggu, 16 September 2012

Kegagalan Dakwah.

Kegagalan Dakwah
Oleh : Ust. Agus Pranamulia

Dengan munculnya berbagai anomali keberagaman seperti : ekspresi keagamaan yang menyimpang, aliran sesat dan keanehan lainnya yang berkembang di masyarakat, menunjukan kepada kita bahwa dakwah yang selama ini para ulama lakukan diambang kegagalan. Kegagalan tersebut disebabkan oleh faktor dari dalam maupun dari luar. Karena itu maka perlu segera dilakukan strategi-strategi baru yang lebih cerdas dalam berdakwah.

Kesadaran mengenai kegagalan ini kami rasakan sekali ketika ikut menghadiri sidang aliran sesat 'Siliwangi-Panjalu' yang dikomandani Romo Agus. Peristiwa  ini mengiringi kejadian 'pengakuan Imam Mahdi' di Cisarua, Bogor. Problem kemasyarakatan lain yang lebih menakutkan adalah meningkatnya korban narkoba dan miras, perzinahan, tawuran pelajar, tawuran antar kampung dan praktek renten (bunga). Sudah saatnya Ulama dalam berbagai level meninggalkan  'elitis' nya sekaligus arogansi dan kesombongan keilmuwannnya yang menghijab dirinya dengan Allah SWT dan interaksinya dengan masyarakat luas. 

Gagasan pensertifikasian ulama termasuk kurikulum itu menurut saya sangat diperlukan. Hanya saja munculnya ide ini bukan dari pihak BNPT atau Densus atau Pemerintah apalagi yang anti terhadap Islam. Karena faktanya telah terjadi degradasi ulama atau penurunan kualitas ulama. Baik kualitas keilmuan maupun kualitas teladan.

Baru bisa ceramah sedikit saja sudah disebut ustad, kyai bahkan mama ajengan. Ketika pulang haji gelarnya bertambah menjadi Kyai Haji. bahkan ketika sudah membeli gelar Doktor menjadi bertambah panjang lagi gelar-gelar elitisnya. Jadi terkesan terlalu murah pemberian gelar saat ini. Wibawa dan kekuatan ulama menjadi mudah dilecehkan orang banyak. Sudah saatnya gelar-gelar itu disimpan dan dipakai hanya dalam konteks akademik, karena akan menimbulkan menak-menak baru.

Senin, 10 September 2012

Analis Lebah



Royal Jelly
Makanan sang Ratu Lebah

  Royal Jelly adalah senyawa kuat, yang dapat membangun dan memperbaiki berbagai kerusakan, gangguan fungsi sel dan kelenjar. Royal Jelly memperbaiki hidup dan kekuatan, memperlambat proses penuaan, mempertahankan peremajaan, menyegarkan badan dan pikiran.
H.W Schmidt, M.D.
German Medical Association
Royal Jelly dari cerita dongeng, menjanjikan suatu harapan hidup yang panjang, awet muda, meningkatkan penampilan, dan tetap bugar walau usia sudah sangat tua. Hal ini juga sudah banyak dicatat secara klinis.
Pengertian dasar dan keunggulan:
  • Royal Jelly adalah cairan putih, yang mempunyai penampilan seperti susu yang dihasilkan kelenjar hypopharyngeal lebah-lebah pekerja. digunakan untuk makanan larva (bakal) lebah.
  • Royal Jelly merupakan jenis makanan yang diberikan pada larva lebah, selama lebih kurang 3 hari, kemudian secara bertahap diganti dengan Bee Pollen yang dicampur dengan madu.
  • Ratu lebah diberi makan Royal Jelly dari mulai larva sampai menjadi lebah dewasa. Sehingga ratu lebah mempunyai kelebihan sbb:
  • Ratu lebah mempunyai struktur dan tingkah laku yang sangat berbeda dibanding lebah pekerja. Baik ratu lebah maupun lebah pekerja sama-sama lebah betina.
  • Ukuran tubuhnya jauh lebih besar dan memiliki usia 40-50 kali lebih panjang.
  • Kesimpulannya adalah bahwa yang membedakan lebah pekerja dari ratu lebah, bukan kelaminnya atau genetik/keturunannya melainkan makanannya.
  • Hasil dari observasi tersebut di atas membuat para ahli berkeinginan untuk mempelajari dan memperdalam bahan apa saja yang terkandung di dalam Royal Jelly sehingga dapat berkhasiat demikian istimewa.
  • Masa hidup lebah ratu lima sampai tujuh tahun sedangkan lebah pekerja hanya sampai 7 sampai 8 minggu.
  • Sepanjang hidupnya, lebah ratu memproduksi 3 juta telur dengan berat 3.500 kali dari bobot tubuhnya sendiri.

Kandungan Royal Jelly
Hasil penelitian para ahli, menyatakan bahwa Royall Jelly mengandung senyawa-senyawa alami yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Dari hasil analisis kimia menunjukan kalau Royal Jelly mengandung:

  • 66,05% substansi pelembab
  • 12,34% protein
  • 5,46% lemak
  • 2,49% substansi tereduksi
  • 0,82% mineral
  • 2,84% senyawa yang belum diketahui
  • Hormon-hormon alami
  • Berbagai vitamin seperti vitamin B Kompleks (Tiamin, Piridoksin, Riboflafin, Niacin, asam Panthotenat, Biotin, Inositol asam Folat), vitamin A, vitamin C dan vitamin E (sebagai antioksidant),
  • 20 macam asam amino (14 diantaranya adalah asam amino esensial), asam Nucleat dengan ikatan DNA-RNA mempertahankan kerja seluruh sistem sel di dalam inti sel dengan demikian memperkuat sel, protein dalam bentuk Gelatin - Kolagen.
  • Asam lemak esensial.
  • Berbagai jenis mineral penting bagi tubuh
  • AcetylCholin yang berperan untuk menghantar rangsangan saraf atau transmisi impuls saraf, yang dikenal sebagai neurotransmiter atau disebut juga sebagai pengatur sekresi kelenjar-kelenjar tubuh.
  • Gammaglobulin serta asam Decanoic yang merupakan senyawa penting untuk meningkatkan sistem imunitas dan menghalau terhadap serangan infeksi kuman-jamur.

Manfaat dari Royal Jelly
Melihat dari analisa kandungan Royal Jelly maka dapat disimpulkan kalau Royal Jelly mempunyai manfaat yang banyak sekali bagi tubuh manusia, terutama untuk meningkatkan daya tahan tubuh, serta pemeliharaan kesehatan dan mencegah terjadinya serangan penyakit infeksi. Secara lebih terperinci dapat disebutkan khasiatnya antara lain

  1. Meningkatkan kesehatan secara umum.
  2. Membantu memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup.
  3. Memperbaiki tatanan jaringan kulit, sehingga dapat menunda terjadinya keriput, mempertahankan dan memperbaiki elastisitas kulit, mencegah timbulnya pigmentasi (bercak hitam pada kulit).
  4. Membantu pertumbuhan rambut dan mencegah tumbuhnya uban (memperbaiki produksi pigmen).
  5. Membantu pertumbuhan kuku.
  6. Memperbaiki sirkulasi darah
  7. Meningkatkan daya konsentrasi, daya ingat dan reaksi rangsangan saraf.
  8. Menurunkan dan meredakan stress, kecemasan, depresi akibat kelelahan.
  9. Memperbaiki nafsu makan dan meningkatkan daya tahan tubuh.
  10. Meringankan beberapa masalah hormonal seperti haid yang tidak teratur dan memperlambat masa menopause pada wanita.
  11. Meningkatkan fungsi sistem reproduksi baik pada wanita maupun pria dengan kata lain meningkatkan kualitas / tingkat kesuburan.
Cara Kerja Royal Jelly terhadap Tubuh Manusia
Royall Jelly bekerja disel jaringan saraf, kelenjar-kelenjar penghasil hormon, terhadap sistem imunitas (kekebalan) tubuh serta jaringan kulit sebagai stabilisator tatanan struktur kulit.

Apa yang dapat Anda rasakan setelah mengkonsumsi Royal Jelly?
Reaksi tubuh manusia terhadap Royal Jelly cukup bervariasi, bergantung pada kondisi awal saat indvidu tersebut mulai mengkonsumsinya. Pada orang tua yang cukup banyak mengalami kemunduran fungsi dari organ tubuh, manfaatnya akan terlihat agak lebih lama dibandingkan dengan yang masih cukup baik kondisi kesehatannya. Untuk tujuan pengobatan Royal Jelly liquid / tablet dapat diberikan pada segala usia mulai dari usia 1 tahun.

Gejala Awal yang ditimbulkan pada Awal Penggunaan Royal Jelly
Royal Jelly praktis tidak menimbulkan gejala awal, kalau ada, kemungkinan hanya panas dalam yang ringan akibat dosis yang berlebihan.

Referensi dari para dokter ahli tentang Royal Jelly.
"Royal jelly memperkuat dan meremajakan sel-sel tubuh. Karena kemampuannya merangsang sekresi kelenjar endokrin, tubuh berhasil mengobati batuk rejan dan asma; memperbaiki kondisi tubuh yang lemah; meningkatkan nafsu makan pada anak-anak; dan mengatasi bronkitis, migren, gangguan kantung empedu, gangguan saraf, masalah pencernaan, serta gangguan kesehatan lainnya.
Prof. Belvefer, Paris, Prancis.